[Motion] Kapal Canggih Pendeteksi Bawah Laut
[Motion] Kapal Canggih Pendeteksi Bawah Laut
Peralatan modern dan teknologi canggih amat dibutuhkan dalam membantu tugas pencarian dan penyelamatan yang dilakukan regu SAR di lautan. Seperti pada kasus kecelakaan pesawat yang menimpa Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Oktober lalu. Operasi SAR tersebut mengerahkan kapal Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penetapan Teknologi (BPPT) dan KRI Rigel-933, yakni kapal Bantu Hidro-Oseanografi (BHO) milik TNI Angkatan Laut.
Kapal Baruna Jaya I memiliki teknologi Multi Beam Echo Sounder (MBES) dan side scan sonar yang mana dipakai untuk mencari keberadaan kotak hitam (black box) dan badan pesawat di dasar laut. Teknologi MBES sendiri mampu menjangkau kedalaman sampai 11 ribu meter yang mana belum ada kapal-kapal riset di Indonesia yang memiliki kemampuan pemetaan dasar laut tersebut. Dan kapal KRI Rigel-933 merupakan kapal survei dan pemetaan yang cukup canggih karena dilengkapi dengan peralatan survei hidro-oseanografi terbaru yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data sampai dengan laut dalam.
Selain Rigel-933, TNI juga memiliki kapal canggih lainnya yakni KRI Spica-934, kapal BHO kedua milik TNI Angkatan Laut. Kapal ini mampu menghadapi gelombang laut sea state six dan mampu berlayar terus-menerus selama 20 hari. Sebelumnya, KRI Spica-934 telah melakukan survei dan pemetaan paska gempa dan tsunami di Perairan Teluk Palu.
[Motion] Kapal Canggih Pendeteksi Bawah Laut
[Motion] Kapal Canggih Pendeteksi Bawah Laut